Miftahul Jannah: MASYARAKAT PERKOTAAN DAN MASYARAKAT PEDESAAN

Senin, 19 Desember 2011

MASYARAKAT PERKOTAAN DAN MASYARAKAT PEDESAAN

A. MASYARAKAT PERKOTAAN

PENGERTIAN PERKOTAAN
Seperti halnya desa, kota juga mempunyai pengertian yang bermacam-macam seperti pendapat beberapa ahli berikut ini.
  • Wirth : Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
  • Max Weber : Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal. 
  • Dwigth Sanderson  :  Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.
Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.

CIRI - CIRI MASYARAKAT PERKOTAAN

  1. Hubungan antar manusia terutama didasarkan atas kepentingan pribadi
  2. Hubungan dengan masyarakta lain dilakukan secara terbuka dengan suasana yang saling mempengaruhi
  3. Kepercayaan yang kuat akan ilmu pengetahuan teknologi untuk kehidupan masyarakat
  4. Masyarakat tergolong dalam macam – macam profesi, dan ditingkatkan dalam lembaga pendidikan
  5. Tingkat pendidikan formal umumnya tinggi dan merata
  6. Hukum yang berlaku adalah hokum tertulis yang kompleks
  7. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar
Masyarakat Perkotaan Di Indonesia

1. Struktur Penduduk Kota.

A. Segi Demografi.
Ekspresi demografi dapat ditemui di kota-kota besar. Kota-kota sebagai pusat perdagangan, pusat pemerintahan dan pusat jasa lainnya menjadi daya tarik bagi penduduk di luar kota. Jenis kelamin dalam hal ini mempunyai arti penting, karena semua kehidupan sosial dipengaruhi oleh proporsi atau perbandingan jenis kelamin. Suatu kenyataan ialah bahwa pada umumnya kota lebih banyak dihuni oleh wanita daripada pria. Struktur penduduk kota dari segi umur menunjukkan bahwa mereka lebih banyak tergolong dalam umur produktif. Kemungkinan besar adalah bahwa mereka yang berumur lebih dari 65 tahun atau mereka yang sudah pensiun lebih menyukai kehidupan dan suasana yang lebih tenang. Suasana ini terdapat di daerah-daerah pedesaan atau sub urban.

B. Segi Ekonomi.
Struktur kota dari segi ini dapat dilihat dari jenis-jenis mata pencaharian penduduk atau warga kota. Sudah jelas bahwa jenis mata pencaharian penduduk kota adalah di bidang non agraris seperti pekerjaan-pekerjaan di bidang perdagangan, kepegawaian, pengangkutan dan di bidang jasa serta lain-lainnya. Dengan demikian struktur dari segi jenis-jenis mata pencaharian akan mengikuti fungsi dari suatu kota.

C. Segi Segregasi.
Segregasi dapat dianalogkan dengan pemisahan yang dapat menimbulkan berbagai kelompok (clusters), sehingga kita sering mendengar adanya: kompleks perumahan pegawai bank, kompleks perumahan tentara, kompleks pertokoan, kompleks pecinan dan seterusnya. Segregasi ini ditimbulkan karena perbedaan suku, perbedaan pekerjaan, perbedaan strata sosial, perbedaan tingkat pendidikan dan masih beberapa sebab-sebab lainnya. Segregasi menurut mata pencaharian dapat dilihat pada adanya kompleks perumahan pegawai, buruh, industriawan, pedagang dan seterusnya, sedangkan menurut perbedaan strata sosial dapat dilihat adanya kompleks golongan berada. Segregasi ini tidak akan menimbulkan masalah apabila ada saling pengertian, toleransi antara fihak-fihak yang bersangkutan.

2. Sifat-Sifat Masyarakat Kota.

A. Sikap Kehidupan.
Sikap kehidupan masyarakt kota cenderung pada individuisme/egoisme yaitu masing-masing anggota masyarakat berusaha sendiri-sendiri tanpa terikat oleh anggota masyarakt lainnya, hal mana menggambarkan corak hubungan yang terbatas, dimana setiap individu mempunyai otonomi jiwa atau kemerdekaan untuk melakukan apa yang mereka inginkan.

B. Tingkah Laku.
Tingkah lakunya bergerak maju mempunyai sifat kreatif, radikal dan dinamis. Dari segi budaya masyarakat kota umumnya mempunyai tingkatan budaya yang lebih tinggi, karena kreativitas dan dinamikanya kehidupan kota lebih cepat menerima yang baru atau membuang sesuatu yang lama, lebih cepat mengadakan reaksi, lebih cepat menerima mode-mode dan kebiasaan-kebiasaan baru. Kedok peradaban yang diperolehnya ini dapat memberikan sesuatu perasaan harga diri yang lebih tinggi, jauh berbeda dengan seni budaya dalam masyarakat desa yang bersifat statis. Derajat kehidupan masyarakt kota beragam dengan corak sendiri-sendiri.

C. Perwatakan.
Perwatakannya cenderung pada sifat materialistis. Akibat dari sikap hidup yang egoism dan pandangan hidup yang radikal dan dinamis menyebabkan masyarakat kota lemah dalam segi religi, yang mana menimbulkan efek-efek negative yang berbentuk tindakan amoral, indisipliner, kurang memperhatikan tanggungjawab sosial.

B. MASYARAKAT PEDESAAN
PENGERTIAN PEDESAAN
Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan sebagai berikut: Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.

Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.

Sedang menurut Paul H. Landis :Desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut : 
  • mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa. 
  • Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan 
  • Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. 
CIRI - CIRI MASYARAKAT PEDESAAN
  1. Lingkungan dan orientasi terhadap alam, Desa berhubungan erat dengan alam letak geografisnya didaerah desa petani, ini menunjang dalam kehidupannya.
  2. Dalam segi pekerjaan atau mata pencaharian, Umumnya mata pencaharian warga perdesaan adalah bertani atau petani
  3. Ukuran komunitas, Komunitas perdesaan umunya lebih kecil, dalam segi kilometer persegi
  4. Kepadatan penduduknya, Kepadatan penduduk lebih rendah.
  5. Diferensiasi social, Perbedaaan social relative lebih rendah
  6. Pelapisan social, Masyarakat desa kesenjangan antara kelas atas dan bawah tidak terlalu besar
  7. Pengawasan social, Masyarakat desa pengawasan social pribadi dan ramah tamah disamping itu menghormati norma.
  8. Pola kepemimpinan, Menentukan pemimpin di desa, ditentukan oleh kualitas pribadi dan individu.
  9. Dalam segi keluarga, Rasa persatuan dalam masyarakat desa sangat kuat.
  10. Dalam segi pendidikan, Pendidikan keluarga mewarisi nilai – nilai dan norma – norma masyarakat kepada generasi berikutnya.
  11. Dalam segi agama, Fungsi agama mengatur hubungan antara manusia dengan sang pencipta.
  12. Dalam segi politik, Pemimpin yang berdasarka tradisi atau berdasarkan nilai – nilai social yang mendalam.
  13. Kesetiakawanan social, Tolong menolong, dan gotong royong
  14. Perilaku masyarakat desa, Tidak ada persaingan disamping itu juga pengaruh norma dan adata istiadat yang kuat.
Masyarakat Pedesaan Di Indonesia

1. Homogenitas social
Bahwa masyarakat desa terdiri dari satu atau beberapa kekerabatan saja, sehingga pola hidup tingkah laku maupun kebudayaan sama/homogen. Hubungan primer Pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara musyawarah.

2. Kontrol sosial yang ketat
Setiap anggota masyarakat saling mengetahui masalah yang dihadapi anggota lain bahkan ikut menyelesaikannya.

3. Gotong royong
Nilai-nilai gotong royong pada masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur dan membudaya.

4. Ikatan sosial
Setiap anggota masyarakat pedesaan diikat dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan secara ketat.

5. Magis religius
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat mendalam.

6. Pola kehidupan
Masyarakat desa bermata pencaharian di bidang agraris, baik  pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.



C. KESIMPULAN

Manusia menjalani kehidupan didunia ini tidaklah bisa hanya mengandalkan dirinya sendiri dalam artian butuh bantuan dan pertolongan orang lain , maka dari itu manusia disebut makhluk sosial. 

Oleh karena itu kehidupan bermasyarakat hendaklah menjadi sebuah pendorong atau sumber kekuatan untuk mencapai cita-cita kehidupan yang harmonis, baik itu kehidupan didesa maupun diperkotaan. Tentunya itulah harapan kita bersama, tetapi fenomena apa yang kita saksikan sekarang ini, jauh sekali dari harapan dan tujuan pembangunan Nasional negara ini, kesenjangan Sosial, yang kaya makin Kaya dan yang Miskin tambah melarat , mutu pendidikan yang masih rendah, orang mudah sekali membunuh saudaranya (dekadensi moral ) hanya karena hal sepele saja, dan masih banyak lagi fenomena kehidupan tersebut diatas yang kita rasakan bersama, mungkin juga fenomena itu ada pada lingkungan dimana kita tinggal.

Sehubungan dengan itu, barangkali kita berprasangka atau mengira fenomena-fenomena yang terjadi diatas hanya terjadi dikota saja, ternyata problem yang tidak jauh beda ada didesa, yang kita sangka adalah tempat yang aman, tenang dan berakhlak (manusiawi), ternyata telah tersusupi oleh kehidupan kota yang serba boleh dan bebas itu disatu pihak masalah urbanisasi menjadi masalah serius bagi kota dan desa, karena masyarakat desa yang berurbanisasi ke kota menjadi masyarakat marjinal dan bagi desa pengaruh urbanisasi menjadikan sumber daya manusia yang produktif di desa menjadi berkurang yang membuat sebuah desa tak maju bahkan cenderung tertinggal.

------------------------------
Nama  : Miftahul Jannah
Kelas  : 1KA07
NPM  : 14111475
------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar