Miftahul Jannah: Pertemuan ke 11 & 12 Analisis Pendapatan Nasional Untuk Perekonomian Tertutup Sederhana dan Pertumbuhan Ekonomi

Kamis, 06 Juni 2013

Pertemuan ke 11 & 12 Analisis Pendapatan Nasional Untuk Perekonomian Tertutup Sederhana dan Pertumbuhan Ekonomi

1. Analisis Pendapatan Nasional Dengan Perekonomian Tertutup Sederhana 2 Sektor

Merupakan produk nasional neto dikurangi pajak tak langsung ditambah subsidi. Jumlah inilah yang diterima faktor produksi yang dimiliki penduduk suatu negara. Berikut merupakan penjumlahan dari 5 hal tersebut : 
  • Upah atau gaji yang diterima buruh atau karyawan
  • Pendapatan dari seseorang yang melakukan bisnis individu.  
  • Pendapatan bunga selisih dari perusahaan. 
  • Pendapatan sewa. 
  • Keuntungan perusahaan. 
2. Model Analisis Dengan Variabel Investasi Tabungan

Model Analisis dengan variabel investasi tabungan adalah pengeluaran yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang lebih banyak atau pengeluaran yang ditambahkan kepada komponen-komponen barang modal. Tujuan dari pelaksanaan model analisis dengan variabel investasi tabungan ini adalah mencari keuntungan di kemudian hari melalui pengoperasiaan mesin dan pabrik. 

4 aspek yang mencakup analisis keuangan pemerintah yaitu :
  1. Operasi keuangan pemerintah dalam hubungan dengan defisit / surplus anggaran dan sumber-sumber pembiayaannya
  2. Dampak operasi keuangan pemerintah terhadap kegiatan sektor riil melalui pengaruhnya terhadap Pengeluaran Konsumsi dan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) pemerintah. 
  3. Dampak rupiah operasi keuangan pemerintah atau pengaruh operasi keuangan pemerintah terhadap ekspansi bersih pada jumlah uang yang beredar. 
  4. Dampak Valuta Asing operasi keuangan pemerintah atau pengaruh operasi keuangan pemerintah terhadap aliran devisa masuk bersih.
Terdapat sumber data untuk memperkirakan Investasi dan Tabungan Nasional, yaitu :
  1. Data Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku menurut penggunaan.  
  2. Neraca Arus Dana yang digunakan oleh tim gabungan B.P.S., Bank Indonesia, dan Departemen Keuangan. 
3. Angka Pengganda

Angka pengganda menggambarkan perbandingan diantara jumlah pertambahan/pengurangan dalam pendapatan nasional dengan jumlah pertambahan/pengurangan dalam pengeluaran agregat yang telah menimbulkan perubahan dalam pendapatan nasional.

Pendapatan nasional berubah sebagai akibat dari perubahan nilai komponen yaitu:
  1. Investasi
  2. Konsumsi
  3. Pengeluaran pemerintah
  4. Eksport dan import.
Perubahan pendapatan agregat sama dengan perubahan konsumsi ditambah perubahan investasi,  karena perubahan konsumsi tergantung pada perubahan dalam investasi, kita dapat menghapus konsumsi dari persamaan. Perubahan dalam pendapatan agregat sama dengan pengganda investasi kali perubahan investasi. Multiplier investasi berkaitan dengan kecenderungan mengkonsumsi marjinal: kecenderungan marjinal mengkonsumsi adalah 1 dikurang (satu dibagi dengan pengganda investasi)

Dalam D berikut menunjukkan perubahan :  
C = konsumsi, MPC = kecenderungan mengkonsumsi marjinal, I = investasi, Y  = pendapatan,
k = investasi penggali, DC = MPC (DY), perubahan dalam konsumsi sama dengan kecenderungan mengkonsumsi marjinal kali perubahan pendapatan)
DY  = kDI, perubahan pendapatan sama dengan pengganda investasi kali perubahan investasi
DY = DC + DI, perubahan pendapatan juga sama dengan perubahan konsumsi ditambah perubahan investasi.

Oleh Karena itu, pengganda investasi kali perubahan investasi sama dengan kecenderungan mengkonsumsi marjinal kali pengganda investasi kali perubahan investasi. Berikut penjelasannya :

kDI = MPC (kDI) + DI kDI – MPC
(kDI) = DI kDI (1 – MPC) = DI
1 – MPC = 1 / k
MPC = 1 -1 / k

Fungsi investasi otonomus berubah menjadi I1 = 250, Konsumsi = 100 dan MPC = 100 + 0,8 sehingga pengeluaran agregat juga berubah menjadi : AE1 = C + I1 = 100 + 0,8Y + 250 = 350 + 0,8Y 
Output keseimbangan yang baru (Y1) adalah : 
Y = AE = 350 + 0,8Y1 0,2Y1 
= 350 Y1 = 1750 DY 
= Y1 – Y = 1750 – 1500
= 250

Konsep ini menunjukan bahwa perubahan pengeluaran otonomus sebesar satu unit akan mengubah output keseimbangan beberapa kali lipat besarnya perubahan pengeluaran otonomus (A).

4. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Pengangguran

Inflasi (inflation) adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum yang berlangsung terus menerus.

Berikut terdapat 3 jenis inflasi yaitu :
1) inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation)
2) inflasi desakan biaya (cost-push inflation)
3) inflasi karena pengaruh impor (imported inflation).

Tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi suatu negara. Bagi negara yang perekonomiannya baik, tingkat inflasi yang terjadi berkisar antara 2% - 4% per tahun. Tingkat inflasi yang berkisar antara 2% - 4% dikatakan tingkat inflasi yang rendah. Selanjutnya tingkat inflasi yang berkisar antara 7% - 10% dikatakan inflasi yang tinggi.

Didasarkan pada fakta itulah A.W. Phillips mengamati hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran. Dari hasil pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara inflasi dengan tingkat pengangguran, dalam arti jika inflasi tinggi, maka pengangguran akan rendah. Hasil pengamatan Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip.

Kurva Phillip

Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena, pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan setiap tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi. 

Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam jangka pendek yang selalu dihadapi setiap negara. Karena itu, setiap perekonomian dan negara pasti menghadapi masalah pengangguran, yaitu pengangguran alamiah (natural rate of unemployment). Untuk menggambarkan kurva Phillips di Indonesia digunakan data tingkat inflasi tahunan dan tingkat pengangguran yang ada. Data digunakan adalah data dari tahun 1980 hingga tahun 2005. 

Berdasarkan hasil pengamatan dengan data yang ada, maka kurva Phillips untuk Indonesia terlihat seperti gambar berikut :

A.W. Phillips menggambarkan bagaimana sebaran hubungan antara inflasi dengan tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agre-gat, maka sesuai dengan teori permintaan, jika permintaan naik maka harga akan naik. Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) maka, pengangguran berkurang.

Sumber :
http://azenismail.wordpress.com/2011/04/10/analisis-pendapatan-nasional-untuk-perekonomian-tertutup-sederhana-dan-pertumbuhan-ekonomi/
http://faiza-ulfa.blogspot.com/2012/06/angka-pengganda.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar