Miftahul Jannah: Kisah Siti, Si Gadis Kecil Penjual Bakso

Kamis, 03 Mei 2012

Kisah Siti, Si Gadis Kecil Penjual Bakso

Artikel ini ditulis sebagai tugas IBD tentang "Manusia dan Cinta Kasih" yang masuk ke dalam opini. 

                      
 (http://rengga-adi.blogspot.com/2012/03/tadi-pagi-sebelum-berangkat-gue-sempet.html)

Gadis kecil penjual bakso ini bernama Siti yang baru berusia 7 tahun. Dia tinggal di sebuah desa di Banten. Dia tinggal bersama dengan ibunya karena sang ayah telah tiada.

Setiap hari sehabis pulang sekolah, Siti menjual dagangan baksonya ke tetangga-tetangga dan orang sekitar rumah. Hal itu Siti lakukan dengan niatnya sendiri untuk membantu ibunya mencari nafkah. Tentu saja dagangan itu, bukan dari buatan sendiri melainkan punya tetangganya yang mempunyai usaha bakso keliling. Seharusnya dagangan bakso itu, dijual dengan gerobak keliling tetapi karena tangan kecilnya yang tidak kuat mendorong gerobak maka ia mempunyai cara sendiri untuk menjualkan baksonya. caranya sendiri untuk menjual bakso dengan kuah dan bakso yang dia taruh di dalam termos nasi. Sedangkan mangkok dia masukkan dalam sebuah ember yang ditutupi dengan serbet lalu ditenteng di tangan satunya lagi.
 
(http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/03/1331091644515738002_300x225.jpg)

Berat?? tentu saja, hal itu sudah menjadi kebiasaannya setiap hari untuk anak berusia 7 tahun ini. Apalagi untuk ukuran tangannya yang kecil yang membawa beban di kedua tangannya, yang di lakukan siang hari di cuaca yang panas terik matahari sehabis pulang sekolah. Jika bakso itu laku semua maka Siti mendapatkan Rp 2000,- dari tetangga yang tidak lain sang pemilik usaha bakso itu, tetapi jika tidak laku ia hanya mendapatkan Rp 1000,- yang ia terima.

Setelah selesai menjual dagangannya, Siti pulang. Sesampainya dirumah, seperti biasa siti hanya sendiri karena ibunya belum pulang dari menjadi buruh tani di kampung sebelah. Sambil menahan lapar, Siti pergi ke rumah tetangganya untuk meminta ijin mengambil kangkung yang tumbuh liar di dekat sungai. Setelah mendapat ijin, Siti pun mengambil 2-3 potong kangkung yang akan di masak ibunya untuk lauk malam ini. Lauk untuk malam ini hanya sayur kangkung dan nasi, itupun sepiring berdua.

Dalam doa Siti tiap hari “Ya Allah, berilah kesehatan pada Siti, supaya Siti bisa sekolah dan membantu ibu. Berilah kesehatan pada ibu, karena hanya ibu teman Siti satu-satunya.”

Dari kisah Siti ini, dapat kita jadikan pelajaran bahwa setiap manusia harus mensyukuri atas nikmat yang diberikan selama ini. Dan beruntungnya kalian yang masih diberikan kehidupan yang memadai.

1 komentar: